TUGAS KEWIRAUSAHAAN
“Manajemen Asuhan
Kebidanan Premenopause”
Dosen Pembimbing : Jenny Sondakh, M. Clin. Mid
OLEH :
1.
Riszka Kurniasari (
1202100058)
2.
Syeila Rossalia ( 1202100070)
POLITEKNIK KESEHATAN
KEMENKES MALANG
JURUSAN KEBIDANAN
DIII KEBIDANAN MALANG
MEI 2014
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Sudah
merupakan hukum alam bahwa setiap makhluk di dunia ini mengalami proses
penuaan. Pada manusia proses penuaan itu sebenarnya terjadi sejak manusia
dilahirkan dan berlangsung terus sampai mati. Berbeda dengan kaum pria, proses
penuaan pada wanita berlangsung lebih “dramatis”, terutama karena adanya proses
reproduksi dalam kehidupannya. Setelah kurang lebih 30 tahun lamanya indung
telur berfungsi menghasilkan telur dan hormon-hormonnya terutama estrogen dan
progesteron, maka pada usia sekitar 40-49 tahun fungsinya akan menurun.
Berkurangnya
fungsi indung telur tersebut berlangsung secara berangsur-angsur antara 4-5
tahun. Pada masa ini, indung telur tidak peka lagi terhadap rangsangan dari
otak, sehingga telur tidak dapat berkembang lagi hingga matang. Dengan demikian
jarang terjadi ovulasi (pengeluaran telur) dan akhirnya berhenti. Indung telur
sendiri mengecil dan beratnya berkurang.
Produksi hormon wanita
(estrogen) makin lama makin berkurang sehingga haidpun menjadi tidak teratur
dan akhirnya berhenti. Setelah usia 40 tahun seorang wanita memasuki fase
klimakterium, yang berasal dari kata climacter yang berarti
tahun-tahun peralihan.
Klimakterium atau usia mapan,
berlangsung dari saat premenopause (kira-kira umur 40 tahun) yaitu pada masa
dimana ovarium berangsur-angsur menurun fungsinya dan berakhir sekitar usia 55
tahun. Pada usia sekitar 49 tahun terjadi menopause (mati haid).
1.2. Rumusan Masalah
1.2.1.
Apa pengertian premenopause?
1.2.2.
Bagaimana fisiologi terjadinya premenopause?
1.2.3.
Apa tanda dan gejala premenopause?
1.2.4.
Bagaimana penilaian premenopause?
1.2.5.
Apa saja tes laboratorium untuk premenopause?
1.2.6.
Bagaimana diagnosa premenopause?
1.2.7. Apa kemungkinan komplikasi dari premenopause?
1.2.8.
Apa faktor-faktor yang mempercepat datangnya
premenopause?
1.2.9.
Bagaimana penanganan premenopause?
1.3.Tujuan
1.3.1.
Untuk mengetahui pengertian premenopause
1.3.2.
Untuk mengetahui fisiologi terjadinya premenopause
1.3.3.
Untuk mengetahui tanda dan gejala premenopause
1.3.4.
Untuk mengetahui penilaian premenopause
1.3.5.
Untuk mengetahui tes laboratorium untuk premenopause
1.3.6.
Untuk mengetahui diagnosa premenopause
1.3.7.
Untuk mengetahui kemungkinan komplikasi dari
premenopause
1.3.8.
Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempercepat
datangnya premenopause
1.3.9.
Untuk mengetahui penanganan premenopause
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1.Pengertian Premenopause
Premenopause
adalah kondisi fisiologis pada wanita yang telah memasuki proses penuaan (eging)
yang ditandai dengan menurunnya kadar hormon estrogen ovarium yang sangat
berperan dalam hal sexualitas. Premenopause sering menimpa wanita yang berusia
menjelang 40 tahun ke atas. Menurut Depkes RI (1993) dan Levina (2002),
Menopause adalah perdarahan terakhir dari uterus yang masih dipengaruhi oleh
hormone dari otak dan sel telur.
2.2.Fisiologi
Premenopause
Dengan
adanya pramenopause dan mengerti gejala-gejala yang menyertai periode ini,
kualitas hidup wanita pramenopause dapat diperbaiki dengan baik. Meskipun pramenopause
mempunyai pengaruh medis, pramenopause sendiri belum dapat dikenali secara
keseluruhan. Sebagian besar wanita hanya mengetahui tentang menopause saja.
Ketika wanita mengeluh adanya gejala-gejala pada usia 40 tahunan dengan haid
yang masih teratur, mereka sering salah menginterpretasikan gejala-gejala
tersebut. Perubahan pada kondisi ini dimulai dengan meningkatnya populasi wanita
usia 40-45 tahun. Sekitar 16 juta wanita di AS berumur antara 40-54 tahun dan
dengan perubahan waktu jumlah ini akan mencapai 19 juta orang.
Diagnosa
dan tersedianya penanganan yang sesuai untuk gejala-gejala pramenopause tidak
hanya memperbaiki kualitas hidup pasien selama beberapa tahun sebelum haidnya
berhenti, tapi juga mereka akan kelihatan menjadi lebih aktif dan akan setuju
dengan terapi sulih hormon selama masa menopause. Tidak seperti menopause
yang secara tepat didefinisikan sebagai 12 bulan sesudah haid berakhir, waktu
untuk pramenopause masih belum jelas. Sama halnya dengan terjadinya peningkatan
absolut dari FSH dan penurunan dramatis dari estradiol didefinisikan sebagai
menopause, sedangkan pramenopause ditandai dengan fluktuasi dari hormon yang
didefinisikan sebagai “irregularly irregular”.
Menurut
WHO: definisi pramenopause adalah 2-8 tahun sebelum menopause dan 1 tahun
setelah berakhirnya haid. Definisi kerja yang lebih baik seperti yang dikatakan
Dr. Bachman dkk pada suatu seminar pramenopause, yaitu suatu fase sebelum
menopause yang umumnya terjadi antara umur 40-50 tahun, dimana terjadi transisi
dari siklus haid yang teratur menjadi suatu bentuk siklus yang tidak teratur
dan periode amenore yang berhubungan dengan perubahan hormonal.
Pramenopause
merupakan hal yang terjadi individual. Tidak ada 2 orang wanita yang mempunyai
pengalaman atau waktu pramenopause yang sama. Tidak banyak penelitian yang
dilakukan untuk mengetahui variasi dari lamanya pramenopause, tetapi baik
McKinlay maupun Trealor menyatakan lamanya ± 4 tahun dengan durasi berkisar 2-8
tahun. Secara klinik durasinya bisa saja 10 tahun. Perubahan dari masa ovarium
sepanjang kehidupan secara keseluruhan dipengaruhi oleh umur dan
perubahan-perubahan ini telah diperlihatkan secara jelas dalam suatu penelitian
oleh Tevilla, dimana telah diautopsi 706 pasang ovarium. Tervilla menunjukkan
bahwa berat ovarium meningkat secara perlahan dalam awal perkembangannya,
kemudian menurun secara tajam sesudah umur 35 tahun. Penurunan masa ovarium ini
menjadi lebih cepat setelah umur 45 tahun. Pengurangan folikel primer dari
ovarium terjadi secara terus-menerus mulai dari kehidupan fetus sampai periode
menopause. Pemeriksaan histologi dari ovarium wanita pramenopause menunjukkan
sejumlah pengurangan dari folikel primer, jarang pada folikel skunder atau
folikel Graff maupun korpus luteum (gambar 2). Penelitian siklus haid selama pramenopause
menunjukkan bahwa interval intermenstruasi kurang berarti sebelum onset dari
siklus haid dengan jelas berhubunngan dengan stadium lanjut dari pramenopause.
Dilaporkan terjadi pengurangan 3 hari dalam interval intermenstruasi seorang
wanita. Percepatan folikulogenesis merupakan penyebab dari proses ini.
Dibandingkan dengan wanita muda, level FSH meningkat pada wanita pramenopause.
Ini dapat diartikan sebagai kompensasi akibat menurunnya folikel ovarium atau
sebagai akibat menurunnya sekresi dari inhibin.
Pengukuran
FSH dan estradiol yang sangat bervariasi selama periode ini dan nilai kliniknya
yang terbatas, tidak begitu penting untuk proses diagnostik. Kadar LH yang
bervariasi dan kurang bernilai dalam mendiagnosis pramenopause. Kadar FSH dapat
berguna dalam menilai fertilitias wanita pramenopause yang ingin hamil. Kadar
FSH diukur pada hari ke-3 dari siklus haid yang dapat memperkirakan fungsi dari
ovarium dan cadangan folikel. Jika kadar FSH <20 mIU/ml, kehamilan masih
mungkin terjadi; jika kadarnya antara 20-30 mIU/ml kecil kemungkinan terjadi
kehamilan dan kadar FSH 30 mIU/ml menunjukkan ovarium mengalami menopause dan
tidak mungkin terjadi hamil.
Klimakterik
merupakan terminologi umum untuk masa transisi dari usia reproduktif ke
masa paskareproduktif dalam kehidupan seorang wanita. Menurut WHO definisi
natural menopause sebagai berhentinya haid secara permanen sesudah 12 bulan
amenorea tanpa penyebab fisiologi atau patologi lain. Berhentinya haid sebagai
akibat dari berkurangnya cadangan folikel ovarium dan menurunnya fungsi dari
ovarium itu sendiri yang mengakibatkan produksi estrogen dan stimulasi lapisan endometrium
berkurang. Dari analisis data secara longitudinal menyatakan bahwa kemungkinan
untuk haid spontan pada semua wanita yang telah mengalami amenorea selama 12
bulan kurang dari 2%. Selama pramenopause ovulasi terjadi secara tidak teratur
karena fluktuasi hormon yang dipengaruhi aksis hipotalamus-pituitari-ovarium.
Sebagai contoh, pada wanita yang mengalami pramenopause dengan cepat, kadar
inhibin B menurun sehingga kadar FSH meningkat tanpa perubahan berarti
pada kadar inhibin A atau estradiol. Kadar FSH dapat naik selama beberapa
siklus tetapi kembali pada kadar premenopause pada siklus berikutnya. Sama
halnya juga konsentrasi estradiol juga dapat menurun atau kadang meningkat
selama pramenopause. Bervariasinya nilai hormonal ini menyulitkan interpretasi
terhadap hasil dari satu uji laboratorium.
2.3.Tanda dan Gejala Premenopause
ü Perubahan
pola haid
Gejala yang paling umum pada wanita premenopause
adalah perubahan dari pola haid. Lebih dari 90% wanita premenopause akan
mengalami perubahan dalam siklus haid. Siklus yang memendek antara 2-7 hari
sangatlah khas. Sebagai contoh, wanita dengan siklus haid yang teratur antara
25-35 hari selama usia 20-30 tahun akan mengalami siklus haid lebih sering
terutama disebabkan oleh memendeknya fase folikel. Siklus haid yang sebelumnya
menetap tiap 28 hari akan menjadi siklus 25 atau 26 hari dan pada waktu terjadi
premenopause kejadian oligomenore meningkat.
Perdarahan yang tidak teratur dapat
terjadi karena tidak adekuatnya fase luteal atau sesudah puncak estradiol yang
tidak diikuti ovulasi dan pembentukan korpus luteum. Pemanjangan siklus mungkin
juga terjadi seperti halnya haid yang tidak teratur. Banyak juga wanita yang
mengalami perubahan dalam banyaknya perdarahan. Perdarahan biasanya lebih
banyak pada awal premenopause yang disebabkan oleh siklus anovulasi. Kemudian
menjadi lebih sedikit. Beberapa wanita dilaporkan mengalami spotting 1 atau 2
hari segera sebelum haid. Kombinasi dari spotting, siklus haid
yang pendek dan perdarahan yang banyak memberikan kesan secara subjektif wanita
tersebut “selalu berdarah”. Meskipun perdarahan tidak teratur sangat umum dan
dianggap normal selama premenopause, berat dan lamanya perdarahan atau
perdarahan diantara siklus haid bukanlah hal yang normal. Adanya perdarahan
mengharuskan klinikus untuk melakukan pemeriksaan lebih lanjut, sepeti biopsi
endometrium untuk menegakkan diagnosis, terutama untuk penderita dengan faktor
risiko yang lain untuk terjadinya karsinoma endometrium seperti oligoovulatoar,
obesitas atau riwayat infertilitas.
Untuk kasus-kasus yang dicurigai, sebelum melakukan biopsi,
mungkin berharga bila ditanyakan pada penderita riwayat perdarahan secara
lengkap untuk mendapatkan informasi yang lebih akurat mengenai pola perdarahan.
Tanda awal dari premenopause adalah perubahan pada pola perdarahan haid.
Keadaan ini diakibatkan defisiensi atau berfluktuasinya estrogen dan
progesteron. Didapatkan sekitar 33% dari seluruh konsultasi ginekologi
berhubungan dengan perdarahan abnormal, dan meningkat menjadi 69% pada wanita premenopause
dan postmenopause. Penelitian klinik pada wanita premenopause menunjukkan bahwa
lebih kurang 90% wanita selama premenopause mengalami ketidakteraturan haid;
hanya 10-12% dari wanita premenopause yang mengalami amenore mandadak.
Insiden kelainan organik pada uterus mencapai puncaknya pada
saat premenopause. Oleh karena siklus haid pada periode ini kemungkinan
anovulatoar, risiko untuk terjadinya hiperplasi endometrium akibat unopposed estrogen
menjadi lebih tinggi.
ü Ketidakstabilan
vasomotor
Gangguan vasomotor merupakan gejala kedua
pada wanita premenopause. Lebih kurang 85% dari wanita premenopause
mengalami hot flushes, keringat malam dan gangguan tidur yang
merupakan gejala dari ketidakstabilan vasomotor. Intensitas, lamanya serta
frekuensi dari gejala tersebut sangat bervariasi. Kadang kala seorang wanita
mengalami 40 kali hot flushes setiap hari dan badan basah
kuyub oleh keringat malam, beberapa yang lain mengalami 1-2 kali perhari dan
merasa sangat susah dan terganggu.
Hot flushes selama premenopause,
temperatur jari-jari mengalami peningkatan kira-kira
3,1 ± 0,30C dan peningkatan ini menetap
untuk selama lebih kurang 44 menit. Mekanisme terjadinya hot flushes ini
belum diketahui secara lengkap. Meskipun terjadi perubahan dalam termoregulasi,
imunoreaktif neurotensin, katekolamin dan LH semuanya ditemukan selama hot
flushes, penurunan estradiol merupakan faktor yang lebih dipercaya. Hot flashes
merupakan sensasi mendadak terhadap rasa panas, berkeringat dan kemerahan yang
lebih sering terjadi pada muka,leher dan dada. Chill, clammines dan ansietas
juga sering menyertai hot flashes. Lamanya hot flashes umumnya 1-5 menit dan
hanya 6% yang mengalami >6 menit. Gejala ini lebih banyak dialami oleh
wanita di Amerika Utara, Eropa dan Australia sekitar 50-85% dan terjadi secara
periodik selama 1-5 tahun. Hanya 10-20% wanita Indonesia dan 10-25% wanita
China yang mengalami hot flashes.
ü
Gangguan tidur
Beratnya gangguan tidur bervariasi dan
sering dikeluhkan oleh wanita pada masa premenopause. Gangguan tidur bervariasi
secara luas dan dapat menjadi kronik atau sementara. Beberapa pola umum
gangguan tidur diantaranya :
·
Susah untuk jatuh tidur
·
Terbangun tengah malam dan sukar untuk kembali
tidur
·
Bangun pagi lebih awal dan tidak mampu untuk
tidur kembali.
Kesulitan tidur dapat mempengaruhi
kualitas hidup secara serius, mengakibatkan kelelahan, insomnia, depresi,
iritabilitas dan ketidakmampuan untuk berkonsentrasi. Harus dapat dibedakan
apakah gangguan tidur tersebut skunder akibat hot flushes malam
hari, berhubungan dengan depresi atau timbul karena faktor lain, seperti:
·
Gangguan hipotalamus; hampir selalu menyebabkan
tidur yang terlambat.
·
Kebiasaan sehari-hari seperti tidur sebentar
atau jadwal tidur yang tidak teratur, sehingga menyebabkan gangguan tidur
tengah malam.
·
Stimulan seperti kafein, alkohol, nikotin dan
beberapa obat; hal lain yang dapat mengakibatkan gangguan tidur seperti sakit,
ansietas dan gangguan emosional.
·
Gangguan fisik seperti nyeri artritis,
mengakibatkan kesulitan memulai atau mempertahankan tidur.
·
Nokturia yang mengakibatkan sering terbangun.
Gangguan tidur yang sangat umum pada premenopause
adalah memanjangnya keterlambatan tidur (saat mulai berbaring sampai
benar-benar jatuh tertidur). Normalnya periode ini tidak lebih dari 10 menit.
ü
Gangguan seksual
(Obstet Gynecol) Selama masa transisi ke
menopause, dimana kadar estrogen menurun, frekuensi gangguan seksual dilaporkan
meningkat. Kejadian gangguan ini cenderung meningkat sesuai dengan bertambahnya
umur.
Gejala-gejala dari gangguan seksual ini
antara lain : berkurangnya lubrikasi vagina, menurunnya libido, dispareuni dan
vaginismus. Perubahan ini harus dijelaskan karena banyak dari para wanita tidak
mengetahui adanya pengaruh hormonal. Mereka harus diyakinkan dan belajar bahwa
perubahan-perubahan tersebut merupakan bagian normal pada masa transisi premenopause.
1.
Kekeringan vagina (vaginal dryness)
Vaginal
dryness kadang-kadang dialami akibat berkurangnya produksi estrogen
selama premenopause. Keadaan ini dapat menyebabkan atropi urogenital dan
perubahan dalam kuantitas dan komposisi sekresi vagina. Perkiraan
prevalensi vaginal
dryness diantara wanita premenopause lanjut antara 18-21%.
2.
Keinginan seksual yang berubah
Dennerstein
dkk melaporkan dalam penelitian di Australia, meskipun sebagian besar wanita
tidak menunjukkan perubahan dalam sexual interest selama
menopause, sebanyak 31% mengalami penurunan seksual dan 7% sexual
interest-nya meningkat. Hanya 6% dari wanita yang mengalami penurunan
seksual tersebut mengatakan menopause sebagai alasan. Penurunan ini mungkin
disebabkan oleh faktor fisiologi yang membuat hubungan seks menjadi sulit
(seperti vaginal dryness, hot flashes, inkontinensia urine) atau
oleh faktor sosial dan lingkungan.
ü
Sindroma urogenital
Secara embrional uretra dan vagina
sama-sama berasal dari sinus urogenital dan duktus Muller. Selain itu pula, di
uretra dan vagina banyak dijumpai reseptor estrogen, sehingga kedua organ
tersebut mudah mengalami gangguan begitu kadar estrogen serum mulai berkurang.
Gangguan–gangguan tersebut dapat berupa berkurangnya aliran darah, turgor dan
jaringan kolagen. Kekurangan estrogen juga dapat menyebabkan mitosis sel dan
pemasukan asam amino ke dalam sel berkurang.
Pada vulva terjadi atropi sel, epitel
vulva menipis. Dijumpai fluor dan perdarahan subepitelial (kolpitis senilis),
vagina menjadi kering, mudah terjadi iritasi dan infeksi.
Pada uretra sel-selnya juga mengalami atropi. Pada uretra
tampak otot yang menonjol keluar seperti prolaps yang kadang-kadang
disalahartikan sebagai “prolaps uretra”. Stenosis uretra sering juga ditemukan.
Stenosis uretra, atropi sel-sel epitel kandung kemih dapat menimbulkan keluhan
“Reizblase” (iritabel vesika) atau sindroma uretra berupa polakisuria, disuria
bahkan dapat timbul gangguan berkemih.
Di negara-negara barat pengaruh
inkontinensia urine pada wanita usia pertengahan antara 26-55%. Kadar estrogen
yang rendah menyebabkan mukosa uretra dan trigonum menjadi atropi sehingga
kontrol berkemih menjadi lemah.
ü
Gangguan Psikologi/kognitif
Gejala-gejala psikologi dan kognitif
seperti depresi, iritabilitas, perubahan mood, kurangnya konsentrasi dan pelupa
juga ditemukan pada banyak wanita premenopause. Banyak wanita menggambarkan
gangguan ini sebagai “premenopause berat”. Seperti diketahui bahwa kejadian
depresi kira-kira 2 kali lebih sering pada wanita dibandingkan pria. Risiko
depresi mayor adalah 7-12% untuk pria dan 20-25% untuk wanita. Usia rata-rata
terjadinya depresi adalah 40 tahunan.
Data laboratorium menyatakan bahwa hormon
ovarium sangat berkhasiat, dimana sinyal kimiawi perifer secara umum
mempengaruhi aktivitas neuronal. Perubahan level estrogen dan progesteron
menunjukkan sejumlah pengaruh neurotransmiter SSP seperti dopamin,
norepinefrin, asetilkolin dan serotonin yang kesemuanya diketahui sebagai
modulator untuk mood, tidur, tingkah laku dan kesadaran.
Selama premenopause, fluktuasi hormon
terutama fluktuasi estrogen dapat mengubah level neurotransmiter di SSP yang
dapat mempengaruhi tidur, daya ingat dan mood. Penting
sekali untuk membedakan perubahan mood karena pengaruh hormon dengan kelainan
depresi mayor. Pada pasien tanpa riwayat depresi, terapi sulih hormon harus
dipertimbangkan.
ü
Gejala-gejala somatik
Beberapa gejala somatik yang sering
terjadi selama premenopause antara lain; sakit kepala, pusing, palpitasi serta
payudara yang membesar dan nyeri. Dari semua keluhan-keluhan di atas, harus
diyakinkan bahwa gejala-gejala tersebut umum terjadi dan bersifat fisiologis.
Pengobatan yang dilakukan bersamaan dengan
pendidikan dan suportif harus dilakukan pada awal timbulnya gejala. Sekarang
ini terapi farmakologi dan nonfarmakologi sudah tersedia. Tidak ada alasan
untuk mengatakan bahwa tidak ada pengobatan bagi wanita pada masa premenopause,
sebab mereka masih menghasilkan estrogen. Dalam banyak kasus, meyakinkan bahwa
gejala-gejala tersebut adalah hal yang nyata dan tidak mengancam kehidupan
mungkin sudah cukup. Tetapi, jika dianggap penting, pengobatan tidak harus
ditunda.
ü
Fertilitas
Gambaran hormonal pada wanita premenopause
bervariasi dengan luasnya secara individual dan waktu. Pilihan terapi hormonal
pada premenopause tergantung pada keadaan hormonal pasien. Banyak penelitian
mengatakan perlunya terapi kombinasi dengan estrogen dan progestogen pada premenopause.
Wanita pada masa ini akan mengalami periode iregular dan interval amenorea,
tetapi ovarium mereka tetap menghasilkan estrogen. Sensitivitas hipotalamus
menurun terhadap umpan balik negatif estrogen ovarium karena penurunan yang
progresif sejumlah folikel dan menurunnya sekresi inhibin yang merupakan
kontrol selektif untuk FSH.
Masa ini juga ditandai oleh hormonal oscillation sehingga
seorang wanita mempunyai gejala-gejala menopause dalam 1 bulan dan bulan
berikutnya dengan siklus berovulasi dan menjadi risiko untuk terjadinya kehamilan
yang tidak diinginkan. Limapuluh persen wanita berumur 40-an masih berpotensi
untuk subur dan kehamilan pada kelompok umur ini disertai dengan mortalitas ibu
yang meningkat, abortus spontan, kelainan fetus dan mortalitas perinatal.
Risiko kehamilan kira-kira 10% pada umur 40-44 tahun, 2-3% untuk umur 45-49
tahun dan risiko tidak menjadi nol untuk wanita lebih dari 50 tahun.
ü
Osteoporosis (Panduan menopause)
Kekurangan hormon estrogen akan dapat
menyebabkan hilangnya massa tulang. Akibatnya dapat terjadi osteoporosis yang
akhirnya akan membuat tulang mudah patah. Osteoporosis adalah penyakit rapuh
tulang usia 50 tahun/lebih yang ditandai dengan berkurangnya densitas tulang.
Pada wanita proses penyusutan tulang lebih besar dibandingkan pria, karena tulang
wanita sangat dipengaruhi oleh estrogen. Penyusutan terjadi sekitar 3% pertahun
dan akan berlangsung terus hingga 5-10 tahun pasca menopause. Sepanjang hidup
seorang wanita, total jarinngan tulang yang menyusut sekitar 40-50%, sedangkan
pada laki-laki hanya 20-30%. Selain digunakan sebagai pengobatan, estrogen juga
dapat digunakan sebagai pencegahan osteoporosis. Bagaimanapun pencegahan adalah
lebih baik daripada pengobatan, karena biaya pengobatan untuk osteoporosis
cukup besar. Di Amerika Serikat biaya perawatan patah tulang akibat
osteoporosis pertahun mencapai 20-30 triliyun rupiah. Untuk dapat mencegah
terjadinya osteoporosis, maka estrogen diberikan begitu seorang wanita memasuki
usia menopause dan terus berlanjut sampai 5-10 tahun pasca menopause.
ü
Kelainan kardiovaskular (Warren & Kulak)
Kelainan kardiovaskular menjadi penyebab
utama kematian dan kesakitan pada wanita menopause. Penyebab lain
berturut-turut adalah patah tulang, kanker payudara dan kanker endometrium.
Pada tahun 2000, 38% wanita di Amerika Serikat berumur 45 tahun atau lebih,
pada tahun 2015 proporsi ini akan meningkat menjadi 45%. Satu dari sembilan
wanita berumur 45-64 tahun menderita berbagai macam penyakit kardiovaskular dan
setelah 65 tahun rasionya meningkat menjadi 1 banding 3. Kira-kira 40% penyakit
koroner pada wanita berakibat fatal dan 67% dari semua kematian mendadak yang
terjadi pada wanita tersebut tanpa riwayat penyakit jantung koroner. Mereka
kehilangan daya tahan terhadap penyakit jantung koroner akibat berkembangnya
menopause, dan meningkatnya insiden penyakit ini bukan karena perubahan gaya
hidup atau faktor risiko tetapi karena perubahan lipoprotein yang terjadi pada
menopause.
Pada wanita menopause HDL kolesterol
adalah satu indikator untuk terjadinya penyakit jantung koroner, dimana untuk
setiap peningkatan 10 mg/dL risiko akan menurun sampai 50%. Trigeliserida juga
merupakan faktor risiko penting untuk penyakit jantung koroner, dimana terjadi
peningkatan penyakit jantung jika kadar trigeliserida meningkat dan kadar HDL
yang rendah. Banyak bukti yang mengatakan bahwa pengaruh kardioprotektif dari
terapi pengganti estrogen adalah pada kadar lipid serum. Wanita postmenopause
yang mempunyai kadar HDL kolesterol kurang dari 46 mg/dL mempunyai risiko 6
kali lipat untuk terjadi penyakit jantung koroner dibandingkan dengan wanita
dengan kadar HDL kolesterol lebih dari 67 mg/dL.
ü
Perubahan Berat Badan
Berdasarkan studi longitudinal, saat
wanita memasuki transisi menopause , beberapa perubahan tubuh
memengaruhideposit lemak, termasuk pembesaran payudara, penebalan di sekitar
pinggang, deposit lemak di tulang belakang atas dan penggantian jaringan otot
dengan jaringan lemak. Banyak penelitian dilakukan dengan factor-faktor
pertimbangan yang jarang diperhitungkan seperti suku, berat badan dasar,
penggunaan terapi sulih hormon, kebiasaan merokok dan status sosioekonomi.
Karena lebih sedikit energi yang diperlukan untuk mempertahankan sel lemak
daripada sel otot, asupan kalori harus dikurangi 10-15% dari usia 20-60 hanya
untuk mempertahankan berat badan yang sama.
Rekomendasi untuk meningkatkan olahraga
dan diet sehat yang meliputi pengawasan asupan kalori dan lemak (jika merupakan
masalah) harus dibuat untuk wanita seiring pertambahan usia mereka. Olahraga
mempunyai efek tambahan yaitu peningkatan tonus otot, menguatkan tulang,
menstimulasi metabolisme, dan mengurangi beberapa perubahan alam perasaan.
Disamping tidak merokok, pemeliharaan
berat badan ideal merupakan tindakan kesehatan yang paling penting untuk
menurunkan penyakit jantung koroner. Pemeliharaan berat badan ideal juga
membantu menurunkan kadar lipoprotein densitas rendah (LDL) dan meningkatkan
kadar lipoprotein densitas tinggi (HDL). Sebaliknya penting ditekankan, wanita
dalam menjalani masa menopause dan lansianya untuk menghindari kurus yang
berlebihan karena kemungkinan terjadinya peningkatan hot flash dan peningkatan
risiko osteoporosis.
( Varney, 2006: 309)
2.4.Penilaian Premenopause
Penilaian dapat dibagi dalam 5 kategori dasar :
ü
Penilaian sendiri.
Harus ditanyakan kapan seorang wanita
pertama kali merasakan adanya gejala-gejala menopause. Hal ini harus
berdasarkan persepsi mereka dengan adanya kekhawatiran akibat perubahan pada
tubuh mereka. Dalam suatu penelitian cross-sectional, Garamszegi dkk melaporkan
bahwa menopause lebih berhubungan dengan gejala-gejala dibandingkan dengan
perubahan siklus haid.
ü
Gejala-gejala
Gejala klimakterik terutama merupakan keluhan vasomotor
seperti hot flashes dan keringat malam. Gejala lain adalah akibat
berfluktuasinya kadar hormon estrogen dan progesteron seperti vaginal
dryness, keinginan seksual yang berubah, inkontinensia urine, depresi,
ketegangan syaraf dan iritabilitas serta gangguan tidur.
ü
Riwayat medis dan riwayat keluarga
1.
Usia menopause orang tua.
Faktor
genetik tampaknya menjadi faktor predisposisi bagi wanita untuk mengalami
menopause lebih cepat. Torgerson dkk melaporkan terjadinya premature menopause dan
early
menopause karena usia menopause ibu yang lebih muda dibandingkan usia
menopause ibu yang normal. Penelitian case-control oleh
Cramer dkk di Boston menemukan bahwa wanita dengan riwayat keluarga (seperti
ibu, kakak, bibi, nenek) yang mengalami menopause sebelum usia 46 tahun
berisiko tinggi untuk terjadi menopause yang lebih cepat (early menopause).
2.
Merokok.
Telah
dibuktikan bahwa merokok menyebabkan menopause terjadi 1- 2 tahun lebih cepat
dibandingkan tidak merokok. Beberapa penelitian mendukung bahwa assertion dan quitting
merokok secara signifikan memperlambat menopause. Bukti lain
mengatakan bahwa usia rata-rata menopause secara statistik tidak berbeda antara
yang tidak pernah merokok dengan eks-perokok. Sebagian besar penelitian
terhadap rokok dan menopause mengatakan adanya hubungan dosis-respon antara
jumlah rokok yang dihisap dan usia menopause.
3.
Status histerektomi
Sering
diasumsikan bahwa wanita yang menjalani histerektomi dengan conservation pada
ovarium tidak akan mengalami gejala menopause lebih cepat atau lebih berat
akibat histerektomi tersebut. Nonetheless, bukti-bukti
menunjukkan bahwa wanita denganconservation ovarium pada
histerektomi mengeluh adanya gangguan vasomotor yang lebih banyak, vaginal
dryness dan keluhan-keluhan lain dibandingkan dengan wanita yang
tidak menjalani histerektomi. Pada negara-negara maju, histerektomi merupakan
operasi yang sering dilakukan pada wanita dewasa; sepertiga wanita Amerika
menjalani histerektomi pada usia 65 tahun.
ü
Tanda-tanda Fisik.
1.
Indeks maturasi
Penilaian
terhadap defisiensi estrogen vagina adalah evaluasi terhadap indeks pematangan
epitel vagina. Prosedur ini dilakukan dengan cara pengambilan sel pada batas
atas dan sepertiga tengah dinding samping vagina menggunakan sikat. Dibuat
slide dan dilakukan pengecatan dengan tehnik Papanicolaou kemudian persentase
dari sel parabasal, intermediat dan superfisialis dihitung. Meskipun indeks
maturasi berubah secara bermakna setelah terapi pengganti estrogen, diagnosis
tidak dapat membandingkan indeks maturasi dengan karakteristik siklus haid.
2.
pH vagina
Beberapa
peneliti mengatakan bahwa peningkatan pH vagina (6,0-7,5) dimana tidak
ditemukan bakteri patogen menjadi alasan adanya penurunan kadar estradiol
serum. Uji ini dilakukan secara langsung dengan kertas pH pada dinding lateral
vagina. Perubahan pH dapat diakibatkan oleh berubahnya komposisi dari sekresi
vagina yang menyertai atropi.
3.
Ketebalan kulit
Estrogen
menstimulasi pertumbuhan epidermal dan promotes pembentukan
kolagen dan asam hialuronik sehingga turgor dan vaskularisasi kulit bertambah.
Selama klimakterik, berkurangnya kadar estrogen mengakibatkan epidermis menjadi
tipis dan atropi.
ü
Uji laboratorium
1.
Pengukuran FSH
Pengukuran
kadar plasma FSH telah dilakukan untuk mencoba mengidentifikasi wanita premenopause
dan postmenopause. Kadar FSH yang tinggi menunjukkan telah terjadi menopause
yang terjadi pada ovarium. Ketika ovarium menjadi kurang responsif terhadap
stimulasi FSH dari kelenjar pituitari (produksi estrogen sedikit), kelenjar
pituitari meningkatkan produksi FSH untuk mencoba merangsang ovarium
menghasilkan estrogen lebih banyak. Bagaimanapun, banyak klinikus dan peneliti
meragukan nilai klinik dari pengukuran FSH pada wanita premenopause dimana
kadar FSH berfluktuasi considerably setiap bulan yang
tergantung pada adanya ovulasi.
2.
Estradiol
Penelitian
longitudinal akhir-akhir ini melaporkan bahwa wanita dengan early
premenopause(perubahan dalam frekuensi siklus) kadar estradiol
premenopause terjaga sedangkan pada premenopause lanjut (tidak haid dalam
3-11 bulan sebelumnya) dan wanita postmenopause terjadi penurunan secara
bermakna dari kadar estradiol. Estradiol dapat diukur dari plasma, urine dan
saliva. Seperti halnya FSH, kadar estradiol mempunyai variasi yang tinggi
selama premenopause.
3.
Inhibin
Inhibin
A dan inhibin B disekresikan oleh ovarium dan seperti estradiol, exert umpan
balik negatif terhadap kelenjar pituitari, menurunkan sekresi FSH dan LH.
Kurangnya inhibin menyebabkan peningkatan FSH yang terjadi pada ovarium senescence.
Kadar inhibin B menurun pada premenopause sedangkan inhibin A tidak mengalami
perubahan. Inhibin A akan menurun pada saat sekitar haid akan berhenti. Kadar
inhibin biasanya diukur dari plasma. Ovarium menghasilkan inhibin B lebih
sedikit karena hanya sedikit folikel yang menjadi matang dan sejumlah folikel
berkurang karena umur.
2.5.Tes Laboratorium
Tes skrining rutin, pemeriksaan awal, atau pemeriksaan
tahunan :
·
Urinalisis / dipstick urine
·
Pap smear serta indeks maturasi
sekurang-kurangnya setiap 3 tahun, dapat dihentikan setelah usia 65-70 tahun
jika semua hasil pap smear sebelumnya normal
·
Mammografi : tiap 1-2 tahun pada 45-49 tahun,
tiap tahun sejak usia 50 tahun
·
Darah samar feses
·
Kolesterol, trigliserida dan profil lipid plasma
darah puasa tiap 3-5 tahun bila normal
·
TSH pada usia 45 tahun dan kemudian setiap 2
tahun
(
Kriebs, 2009: 174)
2.6.
Diagnosa
·
Usia penderita 40-65 tahun
·
Tidak haid lebih dari 6 bulan
·
Keluhan klimakterik (+)
·
FSH >20 IU/mL
·
Estradiol <50pg/mL
·
Sitologi vagina
·
Densitometer
·
USG transdermal
2.7.
Kemungkinan Komplikasi
Meski
tak ada yang perlu dikhawatirkan, namun waspadalah bila ada hal-hal yang
mencurigakan sebagai berikut:
·
Menstruasi yang hebat, sehingga Anda harus
mengganti pembalut setiap jam.
·
Menstruasi panjang yang berlangsung hingga lebih
dari 8 hari.
·
Siklus menstruasi yang terlalu pendek, seperti
kurang dari 21 hari.
2.8.
Faktor-Faktor
yang Mempercepat Datangnya Premenopause
·
Kebiasaan merokok
mempercepat pra-menopause 1 - 2 tahun
·
Faktor keturunan ; bila
dari pihak ibu mengalami masa pra-menopause < 45 tahun
·
Tidak pernah melahirkan
·
Pernah mendapatkan kemoterapi ketika masih anak-anak
·
Melakukan histerektomiatau operasi pengangkatan
kandungan (rahim, uterus)
·
Stres
2.9.
Penanganan
Premenopause
Premenopause
bukan suatu penyakit yang harus dicegah, tetapi ada beberapa gejala dan
ketidaknyamanan yang dialami sehari-hari bisa dikurangi. Berikut ini adalah
beberapa gejala tersebut:
- Kita
bisa mengonsumsi pil kontrasepsi (Progestin) untuk mengurangi hot flush
dan gangguan haid. Progestin juga bisa dikonsumsi untuk mengatur haid dan
ablasi endometrium serta mengurangi perdarahan. Untuk melakukan hal ini,
kita harus berkonsultasi dengan dokter.
- Menerapkan
gaya hidup sehat dengan mengonsumsi makanan rendah lemak, tinggi serat,
tinggi kalsium, makanan yang tinggi kandungan fitoestrogennya, seperti
tempe, tahu, dan produk olahan kedelai lainnya, serta menghindari konsumsi
alkohol. Pola makan tersebut juga diikuti dengan pola hidup yang sehat
dengan melakukan olahraga secara teratur dan beradaptasi dengan stres.
- Saat
kadar estrogen menurun, maka elastisitas vagina berkurang dan mongering.
Melakukan hubungan seks pun menjadi tidak nyaman, dan vagina mudah
terluka dan iritasi. Untuk mengatasinya bukan berarti wanita sudah tidak
dapat lagi berhubungan seks, justru melakukan hubungan seks dengan
frekuensi yang cukup dapat menghilangkan ketidaknyamanan. Misalnya;
menggunakan jeli saat berhubungan. Hindari pemakaian parfum, tissue,
pembalut, sabun tertentu yang akan menambah kekeringan vagina.
- Menerima
keadaan peremenopause sebagai suatu rahmat dari Tuhan dan sebagai keadaan
yang harus disyukuri dan bukan keadaan yang tidak disukai
karena hal tersebut akan
memperparah gejala-gejala negatif akibat premenopause
ini.
BAB III
KONSEP MANAJEMEN
KONSEP
MANAJEMEN KEBIDANAN PADA IBU DENGAN SUSPECT
PRE
MENOPAUSE
Pengkajian tanggal … Jam…
Di… Oleh…
A.
Data Subjektif
·
Biodata
Nama Ibu :
sebagai identitas diri
Umur : digunakan untuk
mengetahui klien dalam masa reproduksi atu tidak. Usia reproduktif yaitu 20-35
tahun untuk wanita. Usia reproduktif yaitu 20–selamanya untuk laki–laki (Herawati
Mansyur, 2009: 104)
Agama : mengidentifikasi pola perawatan menurut kepercayaan yang
dianut. Agama yang ada yaitu islam, kristen katolik, kristen
protestan,budhha, hindu.
Pendidikan: Tingkat pendidikan
terdiri dari SD, SMP, SMA, Perguruan tinggi. Pemberian
pengetahuan disesuiakan dengan tingkat pendidikan
Pekerjaan :
untuk mengkorelasi pengaruh pekerjaan tertentu terhadap kesehatan.
Alamat :
sebagai alat untuk mempermudah menghubungi pasien.
·
Keluhan Utama : Klien merasa gelisah, sulit tidur, panas
dingin, gangguan moodness, berkeringat malam, sakit kepala, pusing, payudara
yang membesar dan nyeri serta merasa
sakit saat melakukan hubungan seksual.
·
Riwayat Perkawinan :
1. Nikah
atau tidak
2. Berapa
kali nikah
3. Berapa
lama nikah
·
Riwayat Haid
-
Menarche : pada sebagian besar
anak perempuan menstruasi tidak reguler, tidak dapat diprediksi, tidak nyeri
dan tidak mengandung telur, baru setelah 1 tahun berkembang suatu irama
hipofisis, hipotalamus dan ovarium.
-
Siklus : Siklus
haid normal 21 – 35 hari.
-
Lama Haid : Lama haid
bervariasi tiap individu, ada yang mempunyai lama haid 3 -5 hari, ada yang 1 –
2 hari diikuti bercak darah sedikit – sedikit, tapi kebanyakan berlangsung
selama 7 – 8 hari.
-
Haid Terakhir : untuk mengetahui haid terakhir klien
-
Keluhan yang umum
selama haid yaitu dismenorea dan pusing serta leukorea pada saat sebelum dan
sesudah haid.
·
Riwayat KB : Apakah selama KB ibu tetap
menggunakan KB, jika iya ibu menggunakan KB jenis apa, sudah berhenti berapa
lama, keluhan selama ikut KB dan rencana penggunaan KB setelah melahirkan. Hal
ini untuk mengetahui apakah kehamilan ini karena faktor gagal KB atau tidak.
·
Riwayat Kesehatan Lalu
: Ibu pernah atau tidak menderita penyakit jantung, tekanan darah tinggi,
kencing manis, kurang darah, asma dan batuk lama.
·
Riwayat Kesehatan
Sekarang : Ibu sedang atau tidak menderita penyakit jantung, tekanan darah
tinggi, kencing manis, kurang darah, asma dan batuk lama.
·
Riwayat
Kesehatan Keluarga : Dalam keluarga ada atau tidak yang
menderita penyakit jantung, tekanan darah tinggi, kencing manis, kurang darah,
asma dan batuk lama.
·
Pola Kebiasaan :
-
Pola Seksualitas : Ibu merasakan sakit saat berhubungan seks.
- Pola
Personal Hygine : untuk
mengetahui tingkat kebersihan ibu.
- Pola
Nutrisi : untuk mengetahui asupan nutrisi ibu.
- Pola
Eliminasi : untuk mengetahui frekuensi BAK dan BAB ibu dalam 1
hari.
- Pola
Istirahat : untuk mengetahui pemenuhan kebutuhan istirahat ibu.
B.
Data Objektif
·
Pemeriksaan Umum :
Keadaan Umum : Cukup / Baik
Kesadaran : Compos Mentis
Tekanan Darah : 120/70 s/d 140/90
mmHg
Nadi :
80-100 kali/menit
Suhu :
36,5 – 37,5˚ C
Pernapasan : 18-24
kali/menit
BB : (berdasarkan umur)
·
Pemeriksaan Fisik :
Kepala : warna rambut
hitam/tidak ,ada benjolan/tidak , ada ketombe/ tidak, rontok/tidak.
Muka
: simetris/tidak, pucat/tidak , oedema/tidak
Mata
: simetris/tidak, oedema/tidak, konjungtiva
merah muda tidak pucat/ tidak, sklera putih tidak ikterus/ tidak
Hidung
: simetris/tidak ,polip/ tidak, ada sekret/
tidak
Mulut dan gigi : bibir lembab/tidak , lidah merah muda/tidak
,ada stomatitis/tidak,
gusi merah muda tidak ada ginggifitis/tidak
Telinga
:
simetris/tidak,ada serumen/tidak
Leher
` : ada pembesaran kelenjar thyroid dan
vena jugularis / tidak
Dada
: pembesaran payudara simetris/tidak,
papila mamae menonjol/tidak,ada benjolan/tidak,ada nyeri tekan/tidak,ada
pengeluaran cairan/tidak
Abdomen
:ada luka bekas operasi/tidak
Ekstremitas
: Atas
: simetris/tidak, telapak tangan pucat/tidak
Bawah : simetris/tidak, oedema/tidak,varises/tidak
Akral : hangat/tidak
C. Analisa :
Ny “…” umur … tahun dengan suspect pre menopause
D. Penatalaksanaan
:
1.
Melakukan komunikasi terapeutik dengan
ibu.
2.
Memberikan penjelasan kepada ibu
mengenai gangguan pre menopause.
3.
Menganjurkan untuk menerapkan gaya hidup sehat dengan
mengonsumsi makanan rendah lemak, tinggi serat, tinggi kalsium, makanan yang
tinggi kandungan fitoestrogennya, seperti tempe, tahu, dan produk olahan
kedelai lainnya, serta menghindari konsumsi alkohol.
4.
Menganjurkan ibu untuk olahraga secara teratur dan
beradaptasi dengan stress.
5.
Menganjurkan ibu untuk menggunakan jeli saat
berhubungan dan menghindari pemakaian parfum, tissue, pembalut, sabun tertentu
yang akan menambah kekeringan vagina.
6.
Menganjurkan untuk mengonsumsi pil kontrasepsi
(Progestin) untuk mengurangi hot flush dan gangguan haid.
BAB IV
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU DENGAN
SUSPECT PRE MENOPAUSE
Pengkajian tanggal 2 Oktober
2013
A.
Data Subjektif
·
Biodata
Nama Ibu :
Ny “L” Nama Suami : Tn. “A”
Umur : 46 th Umur :
50 th
Pendidikan: SMP Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat :
Jl. Manggis no. 12 Malang
·
Keluhan Utama : Ibu mengatakan badan panas dingin dan ibu mengatakan sudah tidak haid
selama 6 bulan.
·
Riwayat Perkawinan :
Ibu mengatakan ini adalah pernikahan yang pertama, usia pernikahan 24 tahun, menikah saat
usia 22 tahun.
·
Riwayat Haid
-
Menarche :
14 tahun
-
Siklus :
28 hari , teratur / tidak
-
Lama Haid : 7 hari
-
Dismenorroe :
ya
-
Haid Terakhir :
7
April 2013
· Riwayat KB :
Ibu mengatakan pernah memakai KB IUD selama 8 tahun dan KB suntik 3 bulan
selama 1 tahun dan sekarang ibu mengatakan sedang menggunakan KB kondom.
·
Riwayat Kesehatan Lalu
: Ibu mengatakan tidak pernah
menderita penyakit jantung, tekanan darah tinggi, kencing manis, kurang darah,
asma dan batuk lama.
·
Riwayat Kesehatan
Sekarang : Ibu mengatakan saat ini tidak
sedang menderita penyakit jantung, tekanan darah tinggi, kencing manis, kurang
darah, asma dan batuk lama.
·
Riwayat
Kesehatan Keluarga : Ibu mengatakan di dalam keluarga ibu dan suami tidak ada yang
pernah/sedang menderita penyakit jantung, tekanan darah tinggi, kencing manis,
kurang darah, asma dan batuk lama.
·
Pola Kebiasaan :
-
Pola Seksualitas : Ibu
mengatakan saat berhubungan seks terasa
sakit.
-
Pola Personal Hygine :
Ibu mengatakan biasanya mandi 2
kali sehari, ganti celana
dalam 2 kali sehari.
- Pola
Nutrisi : Ibu mengatakan makan 3 kali
sehari, dengan porsi nasi 1/2
piring dengan lauk tahu tempe, serta sayur bayam. Ibu minum kurang lebih 8 gelas sehari.
- Pola
Kebiasaan :
Ibu mengatakan tidak pernah mengonsumsi obat-obatan terlarang
-
Pola Eliminasi : Ibu mengatakan BAK 5 kali sehari, BAB 1 kali sehari
- Pola
Istirahat : Ibu mengatakan tidur siang 1 jam, tidur malam
kurang lebih 6
jam.
B.
Data Objektif
·
Pemeriksaan Umum :
Keadaan Umum : Cukup
Kesadaran : Compos Mentis
Tekanan Darah : 140/90 mmHg
Nadi :
80 kali/menit
Suhu :
38˚ C
Pernapasan : 20
kali/menit
BB : 75 kg
·
Pemeriksaan Fisik :
Kepala : warna rambut
hitam, tidak ada benjolan, tidak ada ketombe, tidak
rontok
Muka
: simetris, tidak pucat, tidak oedema
Mata
: simetris, tidak oedema, konjungtiva merah
muda tidak pucat,
sklera putih tidak ikterus
Hidung
: simetris, tidak polip, tidak sekret
Mulut dan gigi : bibir lembab, lidah merah muda, tidak ada
stomatitis,
gusi merah muda tidak ada ginggifitis
Telinga
: simetris, tidak ada serumen
Leher
` : tidak ada pembesaran kelenjar
thyroid dan vena jugularis
Dada
: pembesaran payudara simetris, papila
mamae menonjol, tidak ada
benjolan, tidak ada nyeri tekan, tidak
ada pengeluaran
Abdomen
: tidak ada luka bekas operasi
Ekstremitas
: Atas
: simetris, telapak tangan tidak pucat , akral hangat
Bawah : simetris, tidak oedema, tidak
varises
C. Analisa :
Ny “L” umur 46 tahun dengan suspect pre menopause
D. Penatalaksanaan
:
1.
Melakukan komunikasi terapeutik dengan
ibu.
2.
Memberikan penjelasan kepada ibu
mengenai gangguan pre menopause.
3.
Memberikan paracetamol 500 mg ( diminum
3 kali sehari ) untuk 3 hari.
4.
Memberitahu ibu untuk kontrol ulang
jika masih ada keluhan atau demam masih berlanjut selama 3 hari.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Premenopause
adalah kondisi fisiologis pada wanita yang telah memasuki proses penuaan (eging)
yang ditandai dengan menurunnya kadar hormon estrogen ovarium yang sangat
berperan dalam hal sexualitas. Tanda dan gejala premenopause adalah gangguan
pola haid, ketidakstabilan vasomotor, gangguan tidur, gangguan seksual, sindroma
urogenital, gangguan psikologi/kognitif, gejala-gejala somatik, fertilitas,
osteoporosis, dan kelainan kardiovaskular.
Premenopause bukan suatu penyakit
yang harus dicegah, tetapi ada beberapa gejala dan ketidaknyamanan yang dialami
sehari-hari bisa dikurangi dengan cara menerapkan
gaya hidup sehat dengan mengonsumsi makanan rendah lemak, tinggi serat, tinggi
kalsium, makanan yang tinggi kandungan fitoestrogennya, seperti tempe, tahu,
dan produk olahan kedelai lainnya, serta menghindari konsumsi alkohol. Pola
makan tersebut juga diikuti dengan pola hidup yang sehat dengan melakukan
olahraga secara teratur dan beradaptasi dengan stress, mengkonsumsi pil
kontrasepsi (Progestin) untuk mengurangi hot flush dan gangguan haid,
ketidaknyamanan dalam berhubungan seksual dapat diatasi dengan cara menggunakan jeli saat berhubungan. Hindari
pemakaian parfum, tissue, pembalut, sabun tertentu yang akan menambah
kekeringan vagina.
5.2 Saran
5.2.1. Bagi profesi
kebidanan
Diharapkan
dengan adanya makalah ini dapat memberikan masukan dalam mengembangkan ilmu
kebidanan untuk mengurangi tingkat kecemasan pada wanita premenopause dengan
memberikan edukasi pada wanita premenopause.
5.2.2.
Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan
dengan adanya makalah ini dapat memberikan masukan untuk dapat meningkatkan
kualitas proses pembelajaran yang terkait dengan asuhan kebidanan pada wanita
premenopause.
DAFTAR
REFERENSI
http://wahyuputrytunggal.blogspot.com/2012/05/premenopause.html
( diakses 25 Mei 2014)
Kribs, Jan. Asuhan
Kebidanan Varney. Jakarta : EGC. 2009
Varney, Helen. Buku
Ajar Asuhan Kebidanan. Jakarta : EGC. 2006
salam kenal...
BalasHapusuntuk senam haid ini sebaiknya dilakukan berapa hari sekali
dan apakah disarankaan juga untuk memakai baju senam body image dengan bahan yang lembut ?..